TARLING (Gitar & Suling)
Pada awal tahun 1950-an, daerah Cirebon mengalami kesulitan mendapatkan perangkat Gamelan yang sempurna. Hal ini menjadi suatu masa yang dapat dikatakan suram bagi masyarakat Cirebon, karena seperti kita ketahui bahwa suatu masyarakat selalu memiliki pranata untuk rekreasi dan hiburan. Dalam menghadapi masa tersebut, ada seorang pemuda di daerah Bedulan mencoba membuat gamelan dan logam. Akan tetapi hasilnya kurang memuaskan, kemudian ada sekelompok pemuda lain yang juga mencoba menghibur diri pada saat senggang, dengan alat musik Gitar. Lantas mereka mencoba untuk memainkannya, akan tetapi nada dan alat musik tersebut diatonis, sedangkan mereka hanya mengenal nada pentatonis.Ada seseorang yang bernama Jayana mencoba untuk mengubah nada gitar dengan satu stelan yang disebut mol, hal ini untuk dapat diselaraskan dengan musik tradisional yang bernada pentatonis. Setelah diubah stelannya, dirasakan telah ditemukan nada untuk membawa lagu Kiser Kedongdong. Adapun larasnya disebut Prawa, lebih tinggi satu tingkat dari nada Salendro, dengan petikan gitar pada gamelan. Gitar dipetik dengan patokan pancer, laras, gong, kembali ke pancer, laras, dan seterusnya.Permainan musik barn tersebut, berkembang menjadi suatu jenis hiburan yang cukup digemari masyarakat. Dalam memainkannya lebih bersifat senda gurau di antara pemain, dengan duringi musik diselingi cerita-cerita dan lawakan. Banyak warga masyarakat yang menaruh perhatian terhadap jenis pennainan musik ini, dan banyak juga yang sengaja mengundang untuk suatu pergelaran.
Pertunjukan kesenian ini, menjadi populer dengan sebutan Melodi Kota Udang, yang kemudian dilengkapi dengan alat musik suling, dan dipopulerkan oleh seorang seniman yang dikenal dengan nama Dudalelena. Jenis musik ini disesuaikan dengan musik keroncong, bersama salah seorang anggotanya yang bernama Kamas (almarhum). Setelah dimasukkan laras suling yang dirasakan cukup dominan, maka kesenian ini sesuai dengan alat musik yang dominan yaitu gitar dan suling, dinamakan tarling; akronim dari gitar dan suling.
Fungsi & Peranan
Keberadaan seni tarling tidak lepas dari fungsi yang mengiringinya. Secara umum, sebuah kesenian berkorelasi dengan sisi pendidikan, penerangan, dan hiburan. Secara spesifik, tarling memiliki fungsi sebagai media:
a. Kreasi, yaitu daya cipta sejak munculnya kesenian tarling, karya musik, karya lagu-lagu, dan karya drama.
b. Ekspresi, yang menyangkut kegelisahan strata sosial, percintaan, maupun kemasyarakatan lainnya.
c. Edukasi, yang bisa jadi memiliki nilai-nilai pendidikan kemasayarakatan melalui lagu dan drama.
TOKOH TALING INDONESIA !!!
Uci Sanusi
Jayana
Sunarto Martaatmadja
Abdul Adjib (pencipta lagu Warung Pojok)
Lulut Casmaya
Hj. Dariyah
Maman Suparman
Pepen Effendi
1)
Ora tahan duh rasane
Masih mending putus critane
Daripada urip diwayu
Rumah tangga wis pasti rudu...
(Emong diwayu, dipopulerkan: Aas Rolani)
(Translate :
Tidak tahan oh rasanya
Masih mending putus ceritanya
Daripada hidup dimadu
Rumah tangga wis pasti runtuh
2)
Lara sih lara
Gara-gara mboke bocah
Lunga ning Saudi Arabia
Kula ning umah mong-mong bocah...
(Nasib TKW, diciptakan : Iip Bakir)
(Translate :
Sakit sih sakit
Gara gara ibu anak-anak
Pergi ke Saudi Arabia
Saya dirumah mengasuh anak...
Teks diatas merupakan petikan dari syair lagu bertenakan prahara rumah tangga dari pantura.

Diposting oleh
Unknown
Posted on Kamis, 06 September 2012 |
Kamis, September 06, 2012
With No comments
Join Me On: Facebook | Twitter | Google Plus :: Thank you for visiting ! ::
0 komentar:
Posting Komentar